Kelulusan adalah hal yang paling selalu saya hindari. Sebab ia mampu menciptakan renggang dalam sebuah keintiman. Keintiman masa muda yang begitu indah untuk hanya sekedar dikenang. Renggang-renggang ini hadir ketika kita memutuskan untuk saling melepaskan genggaman tangan; ada mimpi yang harus diwujudkan, cita-cita yang menuntut untuk diraih, norma sosial yang makin mendesak, juga pengakuan yang lama dirindukan. Kelulusan tidak pernah menciptakan kerenggangan itu, namun kita sendiri.
Jarak yang semakin lebar ini bisa menjadi sempit karena tiga hal; pernikahan, kematian, dan kelahiran.
Jarak yang semakin lebar ini bisa menjadi sempit karena tiga hal; pernikahan, kematian, dan kelahiran.
Memasuki usia yang dipercaya sebagai waktu ideal untuk menikah ini, saya merasa sepi karena teman-teman saya sudah memilih berumah tangga dan menjalin asmara. Sedangkan saya? Masih di dalam petak ruang berukuran 3x3 meter, menjelajah dunia melalui buku dan imajinasi. Saya masih belum berkembang, sedangkan mereka sudah berkembang biak.
Membicarakan momen, saya selalu menantikan kabar pernikahan, kematian, atau kelahiran. Sebab saat itu saya bertemu mereka. Kembali bercengkrama dan mengobrol. Membahas kebodohan, kenakalan, kebahagian, dan cerita-cerita masa muda yang kita lalui bersama-sama.
Mensyukuri teknologi masa itu yang jauh dari kata canggih, karena kita bisa saling duduk melingkar dan bersendau gurau, tidak menunduk dan sibuk memilih filter atau caption. Kita pernah bahagia dengan cara paling sederhana.
Jadi, apa kabar kalian? Apakah kalian masih suka melamun memikirkan momen itu hingga terbawa mimpi?
Disini, saya hampir setiap hari demikian.