![]() |
Hujan bukan lagi
berupa musim,
ia adalah simbol
dahaga.
Kepada pohon
kaku; merindu akan kicau gagak
paraunya
membelah ilusi dan konsekuensi.
Kepada bunga
layu; menahan jumpa akan lebah betina
parasnya membungkam
resah juga tanya.
Bulan bukan lagi
berupa gerhana,
ia adalah simbol
pengorbanan.
Kepada malam;
yang membiarkan gulita menyelimutinya
mengaburkan
cahaya bintang dengan dusta.
Kepada matahari;
yang mengaku lelah berkobar
meski ia sempat
mengaku terintimidasi akan ruang dan waktu.
Aku,
bukan lagi
berupa manusia, tapi penyesalanmu.
Yang kau
endapkan dalam secangkir kopi, agar pahitku tidak bernyawa.
Yang kau bakar
bersama sampah sisa dosa bersama.