Ada gemuruh di hatiku,
sinyal bahwa hatiku akan menurunkan hujan penyesalan.
Mengapa dulu aku begitu abai pada setiamu?
Kamu, angin yang mampu merubuhkan pohon kaku di hatiku.
Kamu, angin yang mampu menerbangkan bunga angsana dari sela kelopak mataku.
Kamu, angin yang mampu mengugurkan dedaunan sayu dari tatap mataku.
Rintik sesalku semakin deras,
dan membentuk kubangan rindu di sepanjang jalan berbunga.
Rindu itu menciprat kemana-mana saat kenyataan melewatinya, bahkan ia menguap tanpa jejak begitu lelah bersinar.
Hatiku membiru.
Aku merindukanmu, selalu.
Sabtu, 25 Maret 2017
Kamis, 16 Maret 2017
BULAN DAN LAKON SANDIWARA
Jangan membenci, kamu hanya tidak mengenalnya.
Sebut saja Bulan, dia adalah potret mahasiswa dengan jiwa kepemimpinan sempurna. Tapi, dia bukan sosok yang "asyik" diajak berterman. Dia tipe teman yang "bossy" dan "merengek". Singkatnya, diluar lingkar pertemanan kami, dia tipe sosok yang "judes", tegas, dan berwibawa. Ia begitu dihargai. Bukan berarti sebagai teman kami tidak menghargainya. Hanya saja, dia tidak sehebat orang lain kira.
Bulan hidup dengan kebutuhan yang terpenuhi serta memiliki orang tua yang fleksibel. Katakan saja, ia memiliki kehidupan finansial yang baik. Hidupnya makin kompleks dengan keberhasilannya dalam merajut asmara dengan pasangannya selama hampir enam tahun hingga detik ini. Namun sebagai teman, kita mengenalnya lebih baik. Bulan yang begitu diagungkan hanya sebatas "tai" bagi pacarnya. ia diinjak, mungkin ditimbun pasir agar tidak berbau busuk.
Kesimpulannya, Bulan yang bersikap tangguh dia pernah rapuh. Dia terlihat memiliki hati kokoh dan raga gagah, namun sebenarnya ia perih dan patah. Dia hanya pasrah. Dia memilih menyusun puzzle keterpurukannya agar menjadi gambar kebahagiaan yang utuh.
Luka mampu menjadikannya lakon dari sebuah sandiwara. Sandiwara itu kami sebut Sandiwara Kehidupan.
Sabtu, 11 Maret 2017
Nanti
“Sabtu malam nanti, semoga kamu meluangkan waktumu. Agar kita bisa duduk berhadapan di sebuah sudut cafe sambil membicarakan mengapa Djenar begitu suka membongkar luka wanita. Atau membicarakan mengapa Seno mulai mencintai senja. Atau mungkin membicarakan mengapa kamu selalu memesan kopi hitam tanpa gula daripada cappuccino maupun coklat hangat?”
/Nb: Sabtu malam sudah lewat 123 kali sejak pesan itu masuk di kontak masuk smsku/
Let's be freak!
Manusia adalah kepalsuan yang abadi. Mereka selalu bersembunyi dan berlomba-lomba menjadi paling misterius. Mereka menyatakan F meski hatinya berteriak A. Mengapa? Sebab, F adalah keabnormalan yang dianggap normal.
Manusia adalah burung beo yang meniru bahasa majikannya.
Mereka adalah duplikator hebat dan plagiator handal. Itu semua wajar. Sebab keabnormalan itu adalah normal.
Aku menangis saat terluka.
Aku tersenyum saat bahagia.
Aku tertawa saat bercanda.
Aku mengumpat saat marah.
Aku tidur saat lelah.
Aku belajar saat ujian.
Aku berlari saat terlambat.
Aku memeluk saat rindu.
Aku bertanya saat tersesat.
Aku berdoa saat menyesal.
Aku membela saat perang.
Kau tahu, aku adalah kewajaran yang dianggap keabnormalan.
Manusia adalah burung beo yang meniru bahasa majikannya.
Mereka adalah duplikator hebat dan plagiator handal. Itu semua wajar. Sebab keabnormalan itu adalah normal.
Aku menangis saat terluka.
Aku tersenyum saat bahagia.
Aku tertawa saat bercanda.
Aku mengumpat saat marah.
Aku tidur saat lelah.
Aku belajar saat ujian.
Aku berlari saat terlambat.
Aku memeluk saat rindu.
Aku bertanya saat tersesat.
Aku berdoa saat menyesal.
Aku membela saat perang.
Kau tahu, aku adalah kewajaran yang dianggap keabnormalan.
Langganan:
Postingan (Atom)