Kamis, 24 Agustus 2017

Darah Lebih Kental daripada Air Susu


Hubungan batin antara seorang ibu dan anak adalah keharusan, lalu bagaimana hubungan batin antara seorang nenek dengan cucunya? Sebuah kompleksitas. Tidak ada yang istimewa antara hubunganku dengan mbah, beliau adalah nenek. Melindungi saya saat dimarahi, menjaga saya saat orang tua saya bekerja, dan memberiku ruang untuk berimajinasi. Beliau melakukannya selama 20 tahun, tanpa henti.

Awalnya saya biasa saja, tidak merasa ada benang dalam hubungan ini. Namun, 367 hari berlalu tanpa kehadiran mbah. Dan saya mulai merasa ada ruang kosong dalam tubuh saya. Ada mata yang menatap saya dalam diam. Ada suara yang membisiki dalam hening. Dan ada telinga yang mendengarkan dalam gelap. Ada kehidupan dalam kekosongan ini. Saya yakin, mbah hidupp dalam kekosongan itu.
 
Sewaktu kecil, saya selalu senang kalo mbah ke Caruban. Ingat, mbah selalu datang dengan tangan penuh dari Surabaya. Entah itu boneka, payung, atau mungkin mainan. Mbah di Caruban adalah definisi dari kebahagiaan bagi saya dan kedua mas saya. Mbah selalu membiarkan saya kami tenda-tendaan dengan selimut dan kursi, bermain rumah-rumahan dengan kardus kulkas, sepedahan di teras rumah, menjadikan tembok rumah sebagai buku gambar raksasa kami, bahkan membiarkan kami berenang di sungai depan rumah. Ah... Saya bersyukur masa kecil saya begitu menakjubkan saat itu.

Mbah, saya selalu ingat lontong balap, cah kangkung dan dadar jagung buatan mbah. Sehebat apapun ibu memasak mereka, buatan mbah selalu terbaik. Saya juga rindu masakah eksperimen mbah. Wortel bentuk bunga mbah, dan bunga kol yang mbah bentuk seperti petir.

Mbah, saya masih ingat ketika mbah pulang haji dan memberi saya sajadah ungu sambil berkata, "Mbak, ini sajadahnya buat mbak. Ini sajadah selalu mbah pakai selama di Mekkah. Jgn lupa sholat. Nurut sama Ibumu ya? Jgn gerundul kalo Ibumu ngomel."

Mbah, saya ingat dulu saya sempat gerundul waktu jaga mbah di RS. Maaf ya mbah, soalnya pas itu barengan sama UAS :( 

Mbah, tabloid Nova favorit mbah masih terbit, masih suka bahas gosip-gosip artis Indonesia. Masih ada halaman resep yang suka mbah komentari karena list bumbunya masih kurang lengkap. Masih ada halaman kisah-kisah pilu di halaman terahkirnya. Oh iya, serial India favorit mbah juga masih tayang. Sekarang, malah Ibu yang suka nonton. Sampai remotenya dikempit gak boleh ganti channel wkwkwk padahal dulu ibu adalah penggemar drama korea garis keras :))))

Mbah, saya masih ingat subuh saat itu ada subuh paling tidak masuk akal dalam hidupku. Dan saya selalu takut memegang ponsel ketika adzan subuh, saya takut ada kabar buruk datang. Tapi, mbah gak pamit ke saya :") Saya ingat betul, saat itu saya tidur di kos teman yang mana malamnya saya masih sempat ngakak seru nonton Dangdut Academy. Mbah pergi gitu aja, disaat semua berekspektasi mbah pasti sembuh. Mbah memilih menerima ajakan Tuhan untuk melintasi dimensi ruang tanpa pernah pulang. Mbah, saya belum sempat wisuda dan menikah :)

Mbah, saya sadar sekarang. Selama ini, kita sedekat itu. Cinta itu hadir seirama langkah kita menata masa depan. Mbah, saya akan lebih rajin menengokmu. Saya tahu, mbah masih suka memperhatikan saya. Dari tempat yang masih sulit aku temukan.

Minggu, 11 Juni 2017

Perubahan

Hujan di Surabaya adalah sesak yang mengendapkan rasa.
Ia begitu angkuh.
Ia tidak peduli aku yang melepuh.

Hujan di Surabaya selalu sama,
ia selalu menghambatku.
Memaksaku berteduh pada emper toko cina yg menjual kenyataan.
Kadang, jika aku punya sedikit harga diri, aku berteduh di salah satu teras toko serba ada yang menjual perabotan hidup.

Namun sekarang, Surabaya bersalju.

Senin, 01 Mei 2017

Tidak hanya aku, hujan juga merindukanmu

Apa kau sama sepertiku?
Masih mencoba mencium harumnya bau hujan?
Meski hujan tak berarti jika itu tanpamu.

Apa kabarmu di negara tetangga?
Disini, di kampung halaman kita, setiap senja tanah sudah membasah.
Petir menyambar dan angin mengamuk.
Entah mengapa, sekarang hujan jadi menakutkan.
Apa hujan mengangkuh karena sekarang hanya aku seorang yang menantinya.

Aku, hujan, payung biru, dan pagar depan sekolah merindukanmu.

Sabtu, 25 Maret 2017

Membiru

Ada gemuruh di hatiku,
sinyal bahwa hatiku akan menurunkan hujan penyesalan.
Mengapa dulu aku begitu abai pada setiamu?
Kamu, angin yang mampu merubuhkan pohon kaku di hatiku.
Kamu, angin yang mampu menerbangkan bunga angsana dari sela kelopak mataku.
Kamu, angin yang mampu mengugurkan dedaunan sayu dari tatap mataku.

Rintik sesalku semakin deras,
dan membentuk kubangan rindu di sepanjang jalan berbunga.
Rindu itu menciprat kemana-mana saat kenyataan melewatinya, bahkan ia menguap tanpa jejak begitu lelah bersinar.
Hatiku membiru.
Aku merindukanmu, selalu.

Kamis, 16 Maret 2017

BULAN DAN LAKON SANDIWARA

Jangan membenci, kamu hanya tidak mengenalnya.
Sebut saja Bulan, dia adalah potret mahasiswa dengan jiwa kepemimpinan sempurna. Tapi, dia bukan sosok yang "asyik" diajak berterman. Dia tipe teman yang "bossy" dan "merengek". Singkatnya, diluar lingkar pertemanan kami, dia tipe sosok yang "judes", tegas, dan berwibawa. Ia begitu dihargai. Bukan berarti sebagai teman kami tidak menghargainya. Hanya saja, dia tidak sehebat orang lain kira.

Bulan hidup dengan kebutuhan yang terpenuhi serta memiliki orang tua yang fleksibel. Katakan saja, ia memiliki kehidupan finansial yang baik. Hidupnya makin kompleks dengan keberhasilannya dalam merajut asmara dengan pasangannya selama hampir enam tahun hingga detik ini. Namun sebagai teman, kita mengenalnya lebih baik. Bulan yang begitu diagungkan hanya sebatas "tai" bagi pacarnya. ia diinjak, mungkin ditimbun pasir agar tidak berbau busuk.

Kesimpulannya, Bulan yang bersikap tangguh dia pernah rapuh. Dia terlihat memiliki hati kokoh dan raga gagah, namun sebenarnya ia perih dan patah. Dia hanya pasrah. Dia memilih menyusun puzzle keterpurukannya agar menjadi gambar kebahagiaan yang utuh.
Luka mampu menjadikannya lakon dari sebuah sandiwara. Sandiwara itu kami sebut Sandiwara Kehidupan.

Sabtu, 11 Maret 2017

Nanti

“Sabtu malam nanti, semoga kamu meluangkan waktumu. Agar kita bisa duduk berhadapan di sebuah sudut cafe sambil membicarakan mengapa Djenar begitu suka membongkar luka wanita. Atau membicarakan mengapa Seno mulai mencintai senja. Atau mungkin membicarakan mengapa kamu selalu memesan kopi hitam tanpa gula daripada cappuccino maupun coklat hangat?” 



/Nb: Sabtu malam sudah lewat 123 kali sejak pesan itu masuk di kontak masuk smsku/

Let's be freak!

Manusia adalah kepalsuan yang abadi. Mereka selalu bersembunyi dan berlomba-lomba menjadi paling misterius. Mereka menyatakan F meski hatinya berteriak A. Mengapa? Sebab, F adalah keabnormalan yang dianggap normal.

Manusia adalah burung beo yang meniru bahasa majikannya.

Mereka adalah duplikator hebat dan plagiator handal. Itu semua wajar. Sebab keabnormalan itu adalah normal.

Aku menangis saat terluka.

Aku tersenyum saat bahagia.
Aku tertawa saat bercanda.
Aku mengumpat saat marah.
Aku tidur saat lelah.
Aku belajar saat ujian.
Aku berlari saat terlambat.
Aku memeluk saat rindu.
Aku bertanya saat tersesat.
Aku berdoa saat menyesal.
Aku membela saat perang.

Kau tahu, aku adalah kewajaran yang dianggap keabnormalan.